#KaburAjaDulu dan Perubahan Iklim
#KaburAjaDulu
adalah tagar yang populer, berisi ajakan bagi anak muda untuk
pergi ke luar negeri, baik untuk menempuh pendidikan, bekerja, bahkan pindah
kewarganegaraan. Sudah ada banyak yang membahas dari berbagai sudut pandang.
Saya ingin membahas dari sudut pandang yang belum pernah tersentuh, yaitu dari
sudut pandang perubahan iklim.
Yang Akan Terjadi di Masa Depan Akibat Perubahan Iklim
Akibat perubahan iklim, daerah dengan derajat lintang tinggi akan mendapatkan lebih sedikit masalah terkait produksi pangan, bahkan memiliki potensi meningkatkan produksi. Sebaliknya, daerah tropis akan mengalami penurunan produksi pangan. 1
Perubahan iklim juga menyebabkan kenaikan permukaan laut, yang bisa mencapai lebih dari 60 cm pada tahun 2100 dibandingkan dengan tahun ini. 2 Dengan garis pantai Indonesia yang sangat panjang, tidak mungkin dampak kenaikan permukaan laut bisa diatasi di semua lokasi. Akan ada di antara kita yang mau tidak mau memang harus mengungsi, baik ke daerah lain di Indonesia, atau ke luar negeri.
Perubahan iklim akan memaksa manusia melakukan migrasi menjauhi khatulistiwa, menjauhi garis pantai, pulau kecil, dan daerah kering. Hutan juga perlu dihindari karena risiko kebakaran yang semakin besar. Populasi manusia akan bergerak menjauhi pantai, mendekati danau, lokasi yang lebih tinggi, dan daerah lintang tinggi di utara. 4
Pelan-Pelan dan Santai, atau Cepat dan Semrawut?
Saat ini peluang untuk memperbaiki masalah iklim praktis nol, jadi kita hanya bisa mencoba beradaptasi. Ada dua skenario utama yang dapat terjadi.
Skenario Baik: Pelan-Pelan dan Santai
Dampak perubahan iklim terjadi, tapi lambat sehingga manusia bisa beradaptasi sedikit demi sedikit tanpa mengubah pola kehidupan secara drastis. Perkembangan teknologi mampu membantu kita beradaptasi. Dampak perubahan iklim akan dikonversi menjadi inflasi, dan kita akan bereaksi terhadapnya seperti biasa, misalnya dengan membatasi jumlah keturunan, atau mengurangi konsumsi.
Sebenarnya saat ini pun kita sedang melakukan adaptasi perubahan iklim. Kita melihat harga-harga naik, dan bereaksi terhadapnya. Tapi umumnya kita tidak menyadari bahwa di balik kenaikan harga tersebut terdapat komponen dampak perubahan iklim.
Skenario Buruk: Cepat dan Semrawut
Semoga yang terjadi adalah skenario baik di atas, tetapi juga ada peluang dampak perubahan iklim terjadi dengan cepat, di luar kemampuan kita untuk beradaptasi.
Apa yang akan terjadi jika misalnya terjadi gagal panen atau kekeringan yang sangat lama? Kelaparan, kerusuhan, kekacauan sosial, ketidakstabilan politik. Suka tak suka, mau tak mau, bagaimana pun caranya, jumlah populasi akan berkurang sampai di bawah carrying capacity yang baru, misalnya dengan kematian masal karena kelaparan, penyakit, atau perang.
Pilihan Untuk #KaburAjaDulu
Dengan melihat kondisi tersebut, sebenarnya #KaburAjaDulu
adalah pilihan yang
logis: lebih baik menghindari peluang terjadinya skenario buruk.
Dan lebih baik pula untuk melakukan #KaburAjaDulu
sekarang saat tidak ada
krisis. Negara-negara lain akan lebih dapat menerima, dan lebih mudah
beradaptasi dengan lingkungan di negara tersebut. Saat ini, banyak negara-negara
tersebut sedang mengalami krisis demografi, dan mereka membutuhkan tenaga kerja
muda. Jadi, jika anda kompeten, dan keahlian anda dibutuhkan negara tersebut,
banyak yang akan menyambut baik kedatangan anda.
Alternatifnya, kita mengambil risiko untuk terpaksa melakukan #KaburAjaDulu
di
masa depan saat terjadi skenario buruk di atas. Kita akan menjadi bagian dari
krisis pengungsi yang akan terjadi, dan akan jauh lebih sulit untuk dapat
diterima di negara lain.
#KaburAjaDulu
Tidak Nasionalis?
Perubahan iklim adalah masalah global yang terjadi karena kegagalan institusi negara untuk membatasi emisi CO2 dan gas rumah kaca lainnya. Ini berlaku untuk praktis semua negara, bukan hanya Indonesia saja.
Jadi tidak pantas jika ada negara yang melakukan tekanan emosional kepada anak-anak muda warganya agar tetap bermukim di dalam negeri. Yang gagal adalah negara, tapi yang nanti akan merasakan dampak perubahan iklim adalah anak-anak muda ini, bukan angkatan saya atau pejabat-pejabat negara ini.
Bukan hanya itu, walaupun sudah tahu dampaknya terhadap perubahan iklim, petinggi negara jaman sekarang masih gemar membuat keputusan yang merugikan dalam konteks perubahan iklim. Politisi cenderung hanya memprioritaskan kepentingan jangka pendek, selama waktu mereka menjabat saja, dan tidak mampu melihat misalnya 50 tahun ke depan.
Seringkali, yang emosional terhadap isu nasionalisme ini adalah orang-orang yang
sama yang merayakan ketika timnas sepakbola Indonesia menang, timnas yang berisi
pemain-pemain yang melakukan #KaburAjaDulu
, hanya berbeda negara tujuannya
saja.
Seandainya suatu saat ada yang sukses sebagai emigran, katakanlah seperti Rishi Sunak, Jensen Huang, Elon Musk, Sundar Pichai, Satya Nadella, Sergey Brin, dapat kita prediksi nanti orang-orang yang sama ini akan dengan senang hati mengklaim hal tersebut adalah "kebanggaan bangsa", "keberhasilan bangsa mengelola SDM", atau omong kosong lainnya yang sama-sama kita ketahui bersama.
Negara Tujuan #KaburAjaDulu
Dari sudut pandang perubahan iklim, negara tujuan mana yang paling baik untuk
#KaburAjaDulu
?
Negara-negara empat musim dengan derajat lintang tinggi. Perubahan iklim melumerkan lahan yang tertutup es, dan membuka lahan pekerjaan baru. Perubahan iklim juga membuka lokasi-lokasi pinggir pantai yang sebelumnya tertutup es, sehingga bisa dijadikan pelabuhan dan lokasi industri.
Jadi: Skandinavia, Kanada, Eropa Timur, Amerika Serikat, Rusia, China, Selandia Baru, Argentina, Chile.
Tentunya bukan hanya faktor perubahan iklim saja yang harus diperhatikan, tapi hal tersebut di luar cakupan tulisan ini.
Beberapa negara di daftar tersebut adalah polutan CO2 terbesar di dunia, terutama China, Amerika Serikat dan Rusia; negara-negara yang akan selalu masuk daftar negara-negara dengan pencapaian terburuk dalam hal perubahan iklim.
Di sini kita tidak memikirkan prestasi negara tujuan dalam mencegah perubahan iklim, tapi hanya kemampuannya untuk beradaptasi terhadap dampak perubahan iklim, berdasarkan lokasi geografisnya.
Molekul CO2 tidak memiliki kewarganegaraan. Molekul CO2 yang berasal dari hasil pembakaran bahan bakar fosil di China, misalnya, akan memiliki efek yang sama kepada anda, dimana pun anda berada.
Dampak #KaburAjaDulu
Terhadap Negara Yang Ditinggalkan
Banyak yang berpendapat bahwa #KaburAjaDulu
akan merugikan negara. Tapi gagal
melihat sisi positifnya:
- Mengurangi tekanan populasi terhadap penggunaan sumber daya alam. Dan mengurangi dampak jika terjadi skenario buruk.
- Pelaku
#KaburAjaDulu
tetap memiliki ikatan emosional dengan negara asalnya, dan akan tetap berkontribusi kepada negara asalnya walaupun tidak secara langsung. - Akan menjadi kekuatan ekonomi dan politik di negara tujuan. Hal ini akan berguna apabila nantinya di Indonesia terjadi skenario buruk di atas.
Dari sudut pandang perubahan iklim, dapat dikatakan masa depan kita sebagai
bangsa yang tinggal di garis Khatulistiwa tergantung dari keberhasilan kita
dalam melakukan #KaburAjaDulu
.
Leluhur Kita Juga Melakukan #KaburAjaDulu
#KaburAjaDulu
manusia jaman dulu. 5Leluhur kita dulu juga melakukan #KaburAjaDulu
. Itu sebabnya kita bisa ada di
sini sekarang. Mereka meninggalkan Afrika, dan menyebar ke seluruh dunia, baik
untuk menghindari bencana atau mencari kehidupan yang lebih baik. Leluhur kita
bahkan berhasil #KaburAjaDulu
dari Nusantara, mengarungi lautan luas untuk
mencapai Madagaskar dan sukses menetap di sana.
Bedanya dengan sekarang, jaman dulu masalahnya adalah teknologi. Sekarang teknologi tidak lagi menjadi penghalang. Yang menjadi penghalang utama di jaman sekarang adalah batas negara.