Duduk Bersila
Saya memiliki masalah dengan posisi duduk bersila, apalagi dalam waktu lama. Jika dilakukan cukup lama, maka kaki akan kesemutan, kepala pusing, dan mata berkunang-kunang.
Dulu pernah mendapat guru agama yang selalu memaksakan siswa-siswanya untuk duduk bersila dengan postur yang tertib. Jika selonjoran, kaki tidak dilipat, atau lutut dinaikkan, maka dianggap tidak sopan, dan akan ditegur atau bahkan mendapatkan hukuman.
Beliau tidak menyadari posisi tersebut membuat orang-orang seperti saya sangat menderita. Setelah satu jam pelajaran, terkadang kaki tidak bisa dirasakan atau kesemutan luar biasa. Perlu istirahat beberapa menit dengan posisi yang enak sebelum bisa pulih kembali.
Jika makan di restoran Sunda, saya selalu memilih duduk di kursi. Jika harus lesehan, maka kaki akan saya luruskan, atau selonjoran.
Ayah saya pernah mengalami stroke saat di posisi duduk bersila. Jadi ada kemungkinan masalah tersebut memiliki pengaruh genetik.
Saya tidak tahu apakah ada orang lain yang mengalami hal yang sama. Tapi dari pengamatan saya ke orang-orang sekitar dari dulu sampai sekarang, hanya saya yang mengalami hal tersebut. Orang lain sepertinya merasa posisi duduk bersila itu nyaman, dan tidak ada masalah dengan posisi tersebut.
Sebagai perbandingan, posisi duduk tasahud dalam shalat jauh lebih nyaman daripada duduk bersila. Dan duduk tasahud akhir lebih nyaman daripada tasahud awal. Walaupun posisi tersebut hanya dilakukan sebentar saja, tidak seperti duduk bersila yang biasa dilakukan misalnya saat mendengarkan ceramah. Dan tentunya masih lebih nyaman selonjoran atau duduk di kursi.
Jadi setiap kali melihat ada guru agama yang menegur siswa yang tidak tertib duduk bersila, hal tersebut menjadi masalah bagi saya.
Pesan saya untuk guru agama: jangan hukum siswa yang tidak bisa tertib duduk bersila, karena mungkin mereka memiliki fisiologi yang berbeda dari siswa yang lain. Mereka tidak tertib karena tubuh mereka bereaksi terhadap posisi yang mungkin akan berisiko bagi mereka, bukan karena mereka nakal.